ads

Slider[Style1]

Sikap

Wacana

Berita

Nurjanah: Cegah Free Sex dengan Sex Edu

By Siti Nurjanah

(konselor Rumah Keluarga Indonesia)

Siti Nurjanah Konselor Rumah Keluarga Indonesia

 Efek negatif globalisasi adalah menurunnya moral anak remaja kita. Salah satu fenomena penurunan moral yang terjadi adalah free sex atau seks bebas. Free sex adalah hubungan suami istri sebelum nikah. Ini  menjadi ancaman bagi anak-anak kita. Apalagi saat ini berdekatan dengan perayaan hri valentine, yang jelas-jelas tidak bersumber dari budaya timur. Perayaan hari valentine selain bukan budaya timur, juga disinyalir menjadi perayaan hura-hura dan ajang legalisasi free sex.

Saat  ini, di masyarakat kita masih tabu membicarakan tentang sex edu atau pendidikan seks. Mereka masih beranggapan bahwa seks adalah sebatas hubungan suami istri. Selain tabu, masyarakat yang melek tentang sex education kadang mengambil referensi yang salah. 

Mereka mengambil referensi dari barat. Padahal konsep sex education di barat adalah safe sex atau seks yang aman. Konsep ini menekankan pembiaraan hubungan badan dengan siapapun selama tidak menimbulkan penyakit dan bahkan kehamilan. Maka tidak aneh, para remaja di barat dibekali kondom saat bepergian. 

Kalau kita merunut lebih detail dalam ajaran Islam, sebenarnya sejak bayi pun  sudah ada pedoman tentang sex education. Kalau kita lihat perlakuan pipis bayi perempuan dan bayi laki-laki dibahas dalam fiqh najs, kemudian tentang pemisahan kamar tidur orang ua dengan anak, anak laki-laki dengan perempuan. Untuk itu, ada beberapa kiat seks education yang bisa menjadi acuan agar anak remaja kita terhindar dari bahaya seks bebas. 


1.    Tanamkan kesadaran agama dalam keluarga
Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa dalam agama Islam telah komplit memberikan tuntunan dalam memberikan pembelajaran pendidikan seks pada anak. Sebagai contoh dalam surat al isro ayat 32 “ dan janganlah kamu mendekati zina, zina itu sungguh perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk”. Dari ayat tersebut bisa menjadi pedoman tentang larangan meskipun mendekati zina. Berarti termasuk didalamnya norma pergaulan antara anak laki-laki dan perempuan dan interaksi pergaulan yang bukan mahrom. 


Selain itu, dalam surat an Nur ayat 31 “ dan katakanlah kepada peempuan yang beriman agar mereka menjaga pandangannya, kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya)  kecuali yang biasa terlihat......” . ayat ini menjelaskan tentang batasan aurat bagi perempuan.
Hanya menilik 2 ayat diatas, sebenarnya sudah lengkap rambu-rmbu dan tuntunan dalam Islam. Tinggal para orang tua untuk mempelajari dan menanamkan nilai-nilai agama tersebut dalam kehidupan keluarga. Selain itu, juga memberikan pengajaran kepada anak-anaknya untuk melaksanakan norma agama yang telah ditetapkan sebagai benteng utama menghadapi arus globalisasi.


2.    Bangun komunikasi efektif antara anak dan orang tua
Saat ini banyak orang tua yang tidak mampu  membangun komunikasi efektif dengan anaknya. Si anak tidak mau terbuka terhadap  orang tuanya. Sedangkan orang tua juga tidak bisa menasehati anak dengan baik. Berapa persen orang tua yang sudah mengetahui anak laki-lakinya mimpi basah pertama kali.
Untuk itu, orang tua perlu membangun komunikasi yang baik dengan anak. Posisikan diri orang tua sebagai teman sebaya sehingga anak mau berbicara dari hati ke hati. Bagi peran antara ayah dan ibu sangat penting dalam membangun komunikasi dengan anak.
Bangun komunikasi sesuai dengan tahapan anak. ada 3 gaya komunikasi dengan anak yang diajarkan Rasulullah kepada Ali Bin Abi Thalib. 0-7 tahun anak diperlakukan sebagai raja, 7-14 tahun anak diperlakukan seperti tawanan perang dan 14 tahun keatas anak diperlakukan sebagai sahabat. Dalam berkomunikasi dengan anak, orang tua juga harus menghargai hak-hak anak sehingga si anak merasa nyaman berkomunikasi dengan orang tua.


3.    Kenali perilaku tiap anak
Setiap anak dilahirkan dengan sifat yang berbeda beda. Bahkan anak kembar sekalipun. Setiap anak memiliki titik kritis sendiri-sendiri. Orangtua harus bisa mendeteksi perubahan perilaku anak. Apabila si anak biasanya ceria, kemudian tiba tiba murung, bisa jadi merupakan pertanda ada masalah dalam si anak tersebut. 


4.    Jadikan Orang tua sebagai idola anak
Saat ini banyak anak yang mengidolakan tokoh diluar orang tuanya. Orang tua tidak bisa menjadi role model bagi anaknya. Untuk itulah perlu dibangun keteladanan bagi diri orang tua agar anak merasa bangga dengan orang tuanya.


5.    Batasi dan kontrol aktivitas media (TV, media sosial) anak
Saat ini arus informasi sangat deras melalui berbagai media. Tiap hari anak-anak kita diracuni oleh tontonan TV yang jauh dari nilai-nilai agama. Tontonan mengumbar aurat, pergaulan laki-laki dn perempuan yang campur, budaya menggunjing dan masih banyak lagi tontonan yang tidak mendidik melali TV. Orang tua juga seolah olah”aman” anaknya berada di rumah dengan nonton TV daripada main diluar.
Belum lagi efek media sosial dan internet. Sudah mahfum kita jumpai anak-anak memegang smartphone. Mereka bebas mengakses berbagai macam konten tanpa sensor.
Sebagai orang tua sebaiknya membatasi penggunaan media baik TV maupun smartphone bagi anak-anak. Buatlah aturan sebagai komitmen bersama. Misalnya mengenai jam menonton TV. Demikian juga dengan penggunaan smartphone. Bijaklah dalam menfasilitasi anak dengan smartphone.

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top